Kasih sayang seekor burung elang
Diceritakan sebuah dongeng yang dimuat dalam sebuah buku memberi sebuah kesan indah tentang hakekat kasih sayang yang dikisahkan oleh seokor burung. Secara duniawi, burung memang hanyalah mahkluk hidup yang ditakdirkan dalam golongan hewan, tapi ternyata kadang instingnya lebih tinggi daripada kekuatan perasaan oleh mahkluk hidup yang berwujud manusia. Kalangannya memang tidak mengerti kasih sayang, sebagaimana yang tertulis dalam buku-buku novel dan ucapan-ucapan manusia, tapi dibalik itu mereka jauh lebih aktual dalam cerita kasih sayang. Seperti ini kisahnya :
"Dipagi hari musim kemarau, disebuah pohon yang dahan dan daunnya sudah mengering, tersebutlah seekor induk burung yang meninggalkan anaknya. Ia pergi jauh unutk mencari makan demi anak-anaknya. Lama sekali induk burung terbang mencari makan dan tak juga diketemukan apa yang dicari. Hutan demi hutan dilaluinya, semua kering dan tak ada sebutir makanan pun yang ia temukan. Jauh dari tempat anak-anaknya, barulah ia mendapat tiga butir makanan. Setelah diambilnya makanan itu dengan susah payah karena letihnya, induk burung dengan gembira terbang kembali unutk memberi makanan untuk anak-anaknya. Sungguh jauh perjalanan itu, tapi dengan semangatnya dan demi anak-anaknya, induk burung terbang tak mengenal lelah. Setelah hari menjelang senja, barulah ia sampai ketempat anak-anaknya yang ia tinggalkan. Sambil memberi makan ketiga anak-anaknya dari tiga butir makanan itu, maka bertanyalah anak-anak sang burung itu kepada sang ibu.
Anak burung : "ibu capek..??"
Induk burung : "ohhh...tidak anakku, ibu tidak capek.."
Anak burung : "....tapi kenapa lama bu, dan ibu kelihatan letih sekali ?. Wajah ibu keringat, bahkan sayap ibu ada yang hampir patah ?? Apakah tempatnya jauh bu ??"
Induk burung : "...tidak, tidak anakku, tempatnya dekat saja. Ibu tadi milih-milih makanan yang paling enak buat kalian, sehingga ibu agak terlambat..!!
Anak burung : "...Bu, makanannya hanya ada tiga, hanya cukup untuk kami bertiga. Apakah ibu sudah makan..?"
Induk burung : "...sudah anakku, Jangan fikirkan ibu,...ibu tidak lapar, makanlah...makanlah anakku..."
Anak burung : "baik bu, terima kasih..., lezat sekali ibu makanannya.."
Anak-anak burung pun menikmati makanan dengan lahapnya. Induk burung memandang mereka dengan hati penuh bahagia.
Induk burung sangat letih, sayapnya terasa lunglai karena perjalanan jauh. Puluhan kilometer telah ia tempuh sejak pagi hingga sore hari, mencari makanan untuk anak-anaknya. Perutnya yang lapar ia tahan. Ia rela tak makan seharian asal anak-anaknya tidak kelaparan. Ketulusan dan kecintaannya kepada buah hatinya tak membolehkan ia berterus terang. Lebih baik berbohong. Tak sampai hati sang ibu menceritakan susah dan deritanya ketika mencari makan. Tak sampai ia mengatakan hal itu pada ana-anaknya. Perutnya terasa lapar sekali, karena belum terisi sejak tadi pagi tetapi ia tetap menyembunyikan dihadapan anak-anaknya. "Biarlah aku saja yang menderita asal anak-anakku bahagia...", demikian induk burung berkata dalam hati.
Demikian kisah singkat dari keluarga burung. Pertanyaan hidup sekarang, "adakah cerita ini dikalangan manusia..??". Jawabnya pun pasti "ada". Selanjutnya, "sebagai seorang anak atau seorang ibu, pernahkah anda mengalaminya..??. Mungkin inilah sebuah bahan renungan unutk setiap orang yang kebetulan sempat membaca tulisan ini....
Sekian dan terima kasih...!!!
Kisah dikutip dari buku "Surga tak lagi indah" oleh Taufik Djafri