Arti kata
tongkonan berasal dari kata tongkon yang bermakna menduduki atau tempat
duduk. Dikatakan sebagai tempat duduk karena dahulu menjadi tempat berkumpulnya
bangsawan Toraja yang duduk dalam tongkonan untuk berdiskusi. Rumah adat ini
mempunyai fungsi sosial dan budaya yang bertingkat-tingkat di masyarakat.
Awalnya merupakan pusat pemerintahan, kekuasaan adat, sekaligus perkembangan
kehidupan sosial budaya masyarakat Toraja.
Artikel lain :
Inilah sosok ilmuan muslim yang sukses mengembangkan pengobatan Kanker
Para peneliti berhasil mengungkap adanya lumbung emas di alam semesta
Inilah Teori Hawking yang mengungkap peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW
Artikel lain :
Inilah sosok ilmuan muslim yang sukses mengembangkan pengobatan Kanker
Para peneliti berhasil mengungkap adanya lumbung emas di alam semesta
Inilah Teori Hawking yang mengungkap peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW
Rumah
tongkonan yang berdiri berjejer akan mengarah ke utara dengan ujung atap yang
runcing ke atas melambangkan leluhur mereka yang berasal dari utara. Sehingga
konon katanya ketika nanti meninggal mereka akan berkumpul bersama arwah
leluhurnya yang berada di utara.
Tongkonan
merupakan pusat kehidupan sosial suku Toraja karena ritual adat terkait
tongkonan sangatlah penting dalam kehidupan spiritual mereka dengan leluhur.
Oleh karena itu, semua anggota keluarga diharuskan ikut serta sebagai lambang
hubungan mereka dengan leluhur.
Masyarakat Toraja menganggap
rumah tongkonan sebagai ibu, sedangkan alang
sura (lumbung padi) sebagai bapak. Tongkonan berfungsi untuk rumah
tinggal, kegiatan sosial, upacara adat, serta membina kekerabatan. Bagian dalam
rumah dibagi tiga bagian yaitu :
- Bagian Utara (tangalok), ruangan yang berfungsi sebagai ruang tamu, tempat anak-anak tidur, serta tempat meletakkan sesaji.
- Bagian Selatan (sumbung), merupakan ruangan untuk kepala keluarga tetapi juga dianggap sebagai sumber penyakit.
- Bagian Tengah (sali), ruangan yang berfungsi sebagai ruang makan, pertemuan keluarga, dapur, serta tempat meletakkan orang mati.
- Tumbuhan hijau merajalela ada di atas atap yang memperindah tampilan rumah adat tongkonan.
- Mayat orang mati masyarakat Toraja tidak langsung dikuburkan tetapi disimpan di rumah tongkonan. Agar mayat tidak berbau dan membusuk maka dibalsem dengan ramuan tradisional yang terbuat dari daun sirih dan getah pisang.
- Lumbung padi tersebut tiang-tiangnya dibuat dari batang pohon palem (bangah) yang licin, sehingga tikus tidak dapat naik ke dalam lumbung. Di bagian depan lumbung terdapat berbagai ukiran, antara lain bergambar ayam dan matahari yang merupakan simbol untuk menyelesaikan perkara.
- Ukiran khas Toraja bermakna hubungan masyarakat Toraja dengan pencipta-Nya, dengan sesama manusia (lolo tau), ternak (lolo patuon), dan tanaman (lolo tananan). Ukiran tersebut digunakan sebagai dekorasi eksterior maupun interior rumah mereka.
- Kepala kerbau menempel di depan rumah dan tanduk-tanduk kerbau pada tiang utama di depan setiap rumah. Jumlah tanduk kepala kerbau tersebut berbaris dari atas ke bawah dan menunjukan tingginya derajat keluarga yang mendiami rumah tersebut. Di sisi kiri rumah yang menghadap ke arah barat dipasang rahang kerbau yang pernah di sembelih. Di sisi kanan yang menghadap ke arah timur dipasang rahang babi.
Ornamen
tanduk kerbau di depan tongkonan melambangkan kemampuan ekonomi sang pemilik
rumah saat upacara penguburan anggota keluarganya. Setiap upacara adat di
Toraja seperti pemakaman akan mengorbankan kerbau dalam jumlah yang banyak.
Tanduk kerbau kemudian dipasang pada tongkonan milik keluarga bersangkutan.
Semakin banyak tanduk yang terpasang di depan tongkonan maka semakin tinggi
pula status sosial keluarga pemilik rumah tongkonan tersebut.
Ornamen rumah
tongkonan berupa tanduk kerbau serta empat warna dasar yaitu: hitam, merah,
kuning, dan putih yang mewakili kepercayaan asli Toraja (Aluk To Dolo). Tiap warna
yang digunakan melambangkan hal-hal yang berbeda. Warna hitam melambangkan
kematian dan kegelapan. Kuning adalah simbol anugerah dan kekuasaan
ilahi. Merah adalah warna darah yang melambangkan kehidupan manusia.
Dan, putih adalah warna daging dan tulang yang artinya suci.
Jenis Rumah
Tongkonan
Berikut
beberapa jenis rumah adat togkonan, antara lain :
- Tongkonan layuk (pesio'aluk), yaitu tempat menyusun aturan-aturan sosial keagamaan.
- Tongkonan pekaindoran (pekamberan atau kaparengngesan), yaitu berfungsi sebagai tempat pengurus atau pengatur pemerintahan adat.
- Tongkonan batu a'riri yang berfungsi sebagai tongkonan penunjang yang mengatur dan membina persatuan keluarga serta membina warisan.
Tongkonan
milik bangsawan Toraja berbeda dengan dari orang umumnya. Yaitu pada bagian
dinding, jendela, dan kolom, dihiasi motif ukiran yang halus, detail, dan
beragam. Ada ukiran bergambar ayam, babi, dan kerbau, serta diselang-seling
sulur mirip batang tanaman.
Khususnya di
Sillanan-Pemanukan (Tallu Lembangna) yang dikenal dengan istilah Ma'duangtondok
terdapat tongkonan yaitu Tongkonan Karua (delapan rumah tongkonan) dan
Tongkonan A'pa'(empat rumah tongkonan) yang memegang peranan dalam masyarakat
sekitar.
- Tongkonan karua
- Tongkonan Pangrapa'(Kabarasan)
- Tongkonan Sangtanete Jioan
- Tongkonan Nosu (To intoi masakka'na)
- Tongkonan Sissarean
- Tongkonan Karampa' Panglawa padang
- Tongkonan Tomentaun
- Tongkonan To'lo'le Jaoan
- Tongkonan To Barana'
- Tongkonan A'pa'
- Tongkonan Peanna Sangka'
- Tongkonan To'induk
- Tongkonan Karorrong
- Tongkonan Tondok Bangla' (Pemanukan)
Stara sosial
di masayarakat Sillanan di bagi atas 3 tingkatan yaitu:
- Ma'dika (darah biru/keturunan bangsawan);
- To Makaka (orang merdeka/bebas);
- Kaunan (budak), budak masih dibagi lagi dalam 3 tingkatan.