Kisah perjalanan Nabi, inilah hikmah dibalik cerita Nabi Musa AS yang berguru pada Nabi Khidir
Nabi Khidir merupakan salah satu nabi yang tidak populer, karena Nabi Khidir dalam anggapan masyarakat hanya seorang masyarakat biasa yang sering menyamar menjadi seorang pengemis yang hebat. Namun cerita dan kisah tentang Nabi Khidir tidak hanya sebatas dongeng, karena beliau sangat lekat dengan kajian mendalam tentang ilmu hakikat dan ilmu makrifat yang lebih dikenal "misteri spritual"
Artikel lainnya :
Mengenal sosok KH. Ambo Dalle dan sejarah terbentuknya Darud Dakwah wal Irsyad (DDI)
Inilah fakta ilmiah tentang khasiat berpuasa di bulan Ramadhan yang jarang diketahui
Jauh sebelum ditemukan oleh para ilmuan, inilah fakta ilmiah tentang penciptaan manusia yang telah termuat dalam Al Quran
Kisah pertemuan antara Nabi Khidir dan Nabi Musa merupakan kehendak Allah SWT, yang didalamnya terkandung berbagai hikmah dan pelajaran. Berawal dari peristiwa Nabi Musasedang berkhutbah didepan para ummatnya (Bani Israil) untuk senantiasa mengajak ummatnya untuk selalu taat dan patuh pada perintah Allah SWT. Namun diakhir khutbahnya, tiba-tiba diantara ummatnya seseorang bertanya kepada Nabi Musa,
"Wahai Musa, menurutmu siapakah yang paling alim dan paling berpengetahuan di antara manusia yang hidup di bumi Allah SWT ini?", ungkap salah seorang ummatnya
Lalu Musa menjawab, "yang paling cerdas dan alim itu adalah aku"
Orang itu kembali bertanya, "lalu, tidak adakah orang yang kiranya lebih alim dan berpengetahuan dibanding dengan dirimu?"
Dalam hati kecilnya, Musa berguman, "tidak ada, bukankah aku ini nabi terbesar diantara Bani Israil dan aku adalah satu-satunya orang yang mampu menaklukkan Firaun"
Pernyataan yang menunjukkan beberapa sifat kesombongan yang dilakukan oleh Nabi Musa, hingga akhirnya mendapat teguran dari Allah SWT.
Sebagai upaya menyadarkan Nabi Musa, Allah SWT memerintahkan Musa untuk menemui seseorang dan berguru kepadanya. Siapakah sesungguhnya hamba Allah yang demikian istimewa sehingga Nabi Musa harus berguru kepanya?, tiada lain yang dimaksud adalah Nabi Khidir.
Konon, Nabi Musa dan Nabi Khidir bertemu diatas sajadah hijau yang tepatnya berada di tengah-tengah lautan. Pada saat Nabi Musa mengucap salam, maka Nabi Khidir berkata, "apakah di bumimu ada salam?, kamu siapa?"
Musa menjawab, "Aku adalah Musa, apakah aku dapat mengikutimu dan engkau dapat mengajariku sesuatu dari Allah SWT?"
Nabi Khidir berkata, "jika engkau ingin mengikutiku, engkau harus berjanji tidak akan mendahului bertanya tentang sesuatu sebelum aku memberitahumu".
Akhirnya Nabi Musa menyetujui dan mereka pun berjalan ditepi laut.
Disuatu tempat, mereka mendapati perahu yang hendak berlayar dan mereka diperbolehkan menumpang dan ikut berlayar dengannya. Ditengah perjalanan, ketika perahu melaju dengan kencang ditengah-tengah ombak yang begitu besar, tiba-tiba Nabi Khidir melobangi perahu itu. Nabi Musa heran dan kaget akan tindakan gurunya yang tercela dan merusak kapal orang lain hingga Musa pun berkata, "Apakah engkau hendak menenggelamkan perahu ini dengan cara melobanginya?"
Mendengar pertanyaan Nabi Musa, Nabi Khidir menoleh dan berkata, "bukankah aku telah berkata bahwa engkau tidak akan sabar menahan diri melihat tingkah laku dan perbuatanku".
Ucapan ini membuat Nabi Musa tersadar bahwa dia telah melanggar janji.
Mereka kembali melanjutkan perjalanan di daratan, hingga sampai disebuah perkampungan. Mereka berjalan, lalu mendapati anak-anak kecil bermain disekitar perkebunan kelapa dan dipanggilnya seorang anak diantaranya. Disebuah tempat yang sepi, tak disangka-sangka Nabi Khidir membunuh anak tersebut tanpa rasa kasihan. Seketika itu juga Nabi Musa sangat terkejut melihat perbuatan gurunya tersebut, hingga tanpa dia sadari kembali bertanya kepada sang guru.
Mereka kembali berjalan dan tiba disebuah desa yang mayoritas penduduknya kikir dan tak ada satu pun dari penduduk disana mau memberi mereka minum ataupun makan. Namun, sebelum mereka meninggalkan desa, mereka mendapati bangunan hampir roboh dan segera Nabi Khidir memperbaikinya hingga kembali berdiri tegak dan kokoh. Untuk kesekian kalinya Nabi Musa bingung dan bertanya kepada sang guru. Desa yang bakhil itu seharusnya tidak layak untuk mendapatkan pekerjaan gratis seperti yang mereka lakukan.
Akhirnya, Nabi Khidir mulai menceritakan dan membongkar kebingungan Nabi Musa rasakan selama bersamanya.
"Ketahuilah wahai Musa, pengrusakan perahu yang saya lakukan itu, semata-mata untuk menyelamatkan perahu dari perampokan yang sedang mengejar dari belakang sementara pemilik perahu itu adalah seorang fakir miskin yang sangat membutuhkan perahu tersebut. Adapun tujuanku membunuh anak tersebut adalah menyelamatkan kedua orang tuanya. Sebab ketahuilah, bahwa anak itu kelak jika sudah besar dan dewasa, dia justru akan berbuat durhaka dan mencelakai kedua orang tuanya., dan mereka tergolong orang yang mukmin dan bertakwa. Sedangkan tindakanku memperbaiki tembok yang hampir roboh itu yaitu tidak lain menyelamatkan harta karun warisan anak yatim yang ada persis dibawah bangunan itu"
Setelah mendapat banyak pengetahuan dari Nabi Khidir, kini Nabi Musa lebih mengerti dan menyadari betapa dia tidak boleh merasa bangga atau sombong dengan ilmunya dalam syariat karena disana terdapat ilmu hakikat"
Semoga bermamfaat...!!!
Sumber : "Sosok Nabi Khidir yang Super Misterius"