Sepenggal cerita yang tak terlupakan

Hj. Ruleng Binti Anas
Dialah seorang wanita tua yang telah renta, tapi masih bekerja bekerja untuk menopang hidup dan untuk mengisi hari-hari dimasa tuanya. Mulai pekerjaan yang ringan hingga pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh seorang laki-laki perkasa pun kadang beliau masih geluti. Usianya yang menginjak 70 tahun lebih, masih setia mendampingi suaminya tercinta hingga sang suami duluan menghembuskan nafas terakhirnya. Tak pernah ada kata menyerah dan putus asa baginya hingga tetap mampu bekerja untuk menghidupi dan melihat masa depan dari tujuh orang putra putrinya. Bermain dan bercanda bersama cucu-cucunya adalah hari-hari yang sangat indah yang dia lewati semasa hidupnya. Dia sangat menyayangi cucu-cucunya.

Setiap pagi, dia harus jualan disebuah kios kecil miliknya dan apabila hingga siang tiba, harus mengurus ternak kambing yang menjadi peliharaan kesayangan bersama cucu-cucunya. Tidak hanya itu, menemani sang suami membajak sawah semasa hidup merupakan kegiatan rutin yang dia lakukan di waktu sore hari. Itulah coretan-coretan takdir yang banyak mengisi cerita kisah perjalanan hidupnya selama tinggal disebuah Desa dekat pinggiran Kota.  

Beberapa tahun telah berlalu setelah sang suami tercinta meniggalkannya di dunia, usinya pun berlahan-lahan merubah hidupnya. Seperti sepenggal cerita yang pernah ada, hanyalah sebuah kisah dan kenangan yang tak harus disesalkan. Kios kecil yang dulunya ramai dan meriah dikunjungi para pembeli, mesti tutup karena tak ada lagi orang yang mampu mengurusnya karena profesi dan kesibukan masing-masing dari anak-anaknya. Ternak kambing yang jumlahnya puluhan ekor telah banyak mati karena tertabrak kendaraan dan sebagian dijual sebagai hewan qurban. Sawah, kebun dan harta lain miliknya, kini kadang-kadang hanya diurus oleh anak-anaknya. Cucu-cucunya yang telah tumbuh besar dan dewasa, banyak meninggalkannya untuk keperluan masa depan mereka. Tinggallah dia bersama seorang putrinya dan putranya yang rumahnya bersebelahan dengan rumahnya. 

Usinya yang semakin bertambah tua membuat kondisi tubuh dan mentalnya pun menurun. Kesehatannya mulai surut, begitupun dengan ingatannya yang semakin pudar seperti bayangan gelap. Hari semakin hari berlalu, hingga akhirnya beliau tidak mampu lagi menggerakkan tubuhnya yang dulu tegak dan mengingat masa lalunya. Zaman telah mengusainya, hingga menjadi renta, keriput dan hanya terus tidur terbaring disebuah kasur.

Setiap harinya, anak-anaknya mesti mengurusinya sebelum mereka berangkat kerja dan beraktivitas. Mulai mandi, berpakaian, makan, hingga tidur pun harus diperhatikan seperti anak kecil yang bau terlahir kembali. Begitu indah cerita dari Tuhan, seorang ibu yang dulunya merawat dan membesarkan putra dan putrinya, kini berputar menjadi bakti anak yang harus merawat dan menjaga orang tuanya.

Aku adalah bagian dari cerita hidupnya, salah seorang cucu yang cukup nakal, bandel dan keras kepala. Beternak kambing dan ikut menjaga kios bersamanya adalah kisah hidup yang tidak akan pernah aku lupakan seumur hidup. Sepulang dari sekolah dasar mesti bergegas cepat menuju ke kandang, mengambil tali dan menuntun kambing-kambing itu berjalan melewati pematang sawah menuju padang yang akan dituju. Panas terik matahari menjadi mainan dikala lelah menghampiri dan dia pun selalu tersenyum padaku. Betapa ceria hari saat bersama nenekku tercinta.

Melihat kondisinya yang seperti ini membuatku kadang harus menangis dan bertanya "mengapa masa tuanya mesti seperti ini ?". Tubuhnya yang kurus, kulit yang keriput, mata dengan tapapan kosong cuma bisa memandangiku tanpa mengenal sosok aku lagi, Kasian nenekku yang tak mampu lagi tersenyum apalagi menyebut deret kata namaku lagi. Aku harus bicara "Nek, ini aku...cucumu", kucoba mengingatkannya dan sesekali kuliah bibirnya bergetar dan tatapannya terpana padaku.  

Setiap kali aku berkunjung ke rumah ini, aku cuma bisa menjupainya dalam keadaan baring terdiam atau duduk bersandar disebuah kursi tua tuk melihat matahari yang masih bersinar. Apakah yang harus aku lakukan untuknya dengan kondisinya yang seperti ini, dibanding ketika waktu aku sakit beliau selalu duduk dan tidur disampingku hingga mengusap-usap kepalaku. Maafkan aku nenek, hanya bisa mencium tanganmu dan memeluk tubuhmu sebelum aku pergi meninggalkanmu lagi. Cuma bisa memendam rasa rindu dan bertanya tentang kabarnya ketika waktu membuatku larut.    

Ketika masa itu...
Mungkin Kuasa Tuhan yang memanggilku untuk kita bertemu diakhir cerita, aku pulang ke rumah tak seperti waktu biasanya. Aku tiba setelah kondisinya semakin melemah dan tak berdaya. Kulihat raut wajahnya yang begitu tenang dan berseri, tatapan mata yang indah, ada senyum yang begitu bahagia dari mulut yang banyak melantunkan kalimat Syahadat dan Takbir berulang-ulang kali. Tuhan, apakah ini bertanda tiba waktunya Engkau menjemput nenekku kesisiMu..?

"Inna Lillahi Wa'inna Ilaihi Rajiun", sekejap matanya tertutup dan tertidur lelep untuk selamanya. Beliau telah pergi meniggalkan dunia yang fana ini menuju dunia yang masih dongeng bagi kami yang disini. Kembali kepada Sang Pencipta, menghadap Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, Allahu Akbarr...!! 

Aku hanya bisa berdoa....
Yaa Allah, ampunni dosa-dosa beliau dan terimalah segala amalan-amalan beliau selama hidup...
Yaa Allah, berikanlah tempat yang indah disisiMu..
Aamiin ya Rabbal Alamin...

Almarhum Hj. Ruleng Binti Anas
Ahad, 4 April 2010
"terima kasih atas cinta dan kasih sayangnya yang belum sempat aku balas"

SHARE THIS

Author: