Tak ada yang menyangka, ternyata tendiri aplikasi WhatsApp adalah seorang tukang bersih toko
Jan Koum adalah pendiri salah satu jaringan sosial media WhatsApp yang kini sangat populer digunakan oleh masyarakat sebagai media komunikasi diseluruh dunia. Sebelum menjadi seorang milyarder dan pendiri WhatsApp, Jan Koum adalah seorang yang bekerja sebagai clening service atau tukang bersih-bersih.
Artikel lainnya :
Jarang diketahui, inilah bentuk Pakaian Adat Bugis yang ternyata menjadi salah satu busana tertua di dunia
Memiliki peranan penting di Kerajaan, inilah sejarah istilah Kajao dalam adat Kerajaan Bugis Makassar
Tidak hanya hebat di Indonesia, inilah wajah tokoh-tokoh Bugis-Makassar yang telah lama terkenal di dunia
Jan Koum lahir dan besar di Ukraina dari keluarga yang relatif miskin. Saat usia 16 tahun, demi mengejar "American Dream" akhirnya Jan nekat pindah ke Amerika. Setahun di Amerika, demi bertahan hidup dia bekerja sebagai tukang bersih-bersih disebuah supermarket. Sebelumnya juga, Jan Koum nyaris menjadi gelandangan di Amerika. Dia hanya bisa makan dari jatah pemerintah, hingga bahkan tidur beratap langnit dan beralaskan tanah. "Hidup begitu pahit", ungkap Koum.
Hidupnya kian terjal saat ibunya didiagnosa kanker. Mereka kembali harus bertahan hidup hanya dengan tunjangan kesehatan seadanya. Koum lalu kuliah di San Jose University, tapi kemudian lebih memilih drop out dan belajar programming secara autodidak.
Karena keahliannya sebagai programmer, Jan Koum diterima bekerja sebagai engineeri di Yahoo. Koum bekerja selama 10 tahun dan akhirnya berteman akrab dengan Brian Acton.
Akhirnya pada tahun 2009, Koum dan Brian berhasil membuat aplikasi WhatsApp setelah resign dari Yahoo. Meski sebelumnya, mereka sempat melamar kerja ke Facebook yang tengah menanjak populer saat itu, namun keduanya ditolak.
Setelah WhatsApp resmi dibeli Facebook dengan harga 19 miliar dollar AS (sekitar Rp.224 triliun), Jan Koum melakukan ritual yang mengharukan. Koum datang ketempat dimana dia dulu saat berusia 17 tahun, setiap pagi antre untuk mendapatkan jatah makanan dari pemerintah. Dia menyandarkan kepalanya kedinding dan mengenang saat-saat dia hidup sulit, bahkan untuk makan saja dia tidak punya uang. Pelan-pelan air matanya meleleh, dia tidak pernah menyangka perusahaanya dibeli dengan nilai setinggi itu.
Koum lalu mengenang ibunya yang sudah meninggal karena kanker. Ibunya yang rela menjahit baju buat dia demi menghemat uang. "Tak ada uang nak...", Jan Koum tercenung. Dia menyesal tak pernah bisa mengabarkan berita bahagia ini kepada ibunya.
Rezeki datang dari arah dan bentuk yang tidak terduga. Remaja miskin yang dulu adalah seorang tukang bersih-bersih, kini menjadi seorang Triliuner.