Tidak terkenal dalam buku sejarah, namun inilah jejak sejarah perjuangan Kerajaan Tellu Limpo'e di Benteng Balangnipa Sinjai


Kerajaan Tellu Limpo’e merupakan sebuah ikon persetujuan tiga kerajaan yaitu Bulo-bulo, Tondong dan Lamatti dalam mendirikan sebuah benteng yang dikenal sebagai benteng Balangnipa. Benteng yang kini berdiri kokoh di Kabupaten Sinjai ini pada mulanya dibangun pada tahun 1557 dengan mengunakan batu gunung dan lumpur sebagai material bagunan. Modelnya pun segiempat dan memilili empat buah bastion (pertahanan), dimana digunakan sebagai tempat pertahanan untuk mencegah serangan penjajah Belanda dari perairan Bone.

Artikel lainnya :
Memiliki peranan penting di Kerajaan, inilah sejarah istilah Kajao dalam adat Kerajaan Bugis Makassar
Terkenal pamungkas, inilah nama dan bentuk badik-badik pusaka masyarakat Bugis-Makassar
Usia baru 12 tahun, inilah bocah asal Indonesia yang menjadi mahasiswa termuda di Kanada

Sejarah perjuangan Kerajaan Tellu Limpo’e dalam perlawanan melawan penjajah Belanda terukir dalam sejarah peperangan Rumpa’na Mangara’bombang antara tahun 1859-1961. Karena kekuatan dan peralatan kerajaan Tellu Limpo’e tidak sebanding dengan peralatan perang yang dimiliki oleh Belanda, akhirnya benteng Balangnipa berhasil dikuasai oleh Belanda.

Untuk mengantisipasi serangan balik dari orang-orang pribumi yang bersekutu dengan Kerajaan Tellu Limpo’e dan kerajaan-kerajaan lain, akhirnya sekitar tahun 1864 benteng Balangnipa diperbaharui dan didekorasi dengan sentuhan arsitek eropa yang kuat dan kokoh seperti saat sekarang ini.

Berkunjung ke Benteng Balangnipa, kita bisa mendapatkan gambaran tentang sejarah kedatangan Belanda di Sulawesi Selatan khususnya di Kabupaten Sinjai. Terdapat beberapa bukti sejarah yang masih tersimpan seperti meriam, peralatan makan, gudang penyimpanan senjata, atau ruang para prajurit. Maka tak heran jika Benteng Balangnipa kerap dikunjungi wisatawan baik domestik maupun mancanegara.


Benteng Balangnipa sampai saat ini tetap terjaga sebagai salah satu objek peninggalan sejarah kepurbakalaan dan digunakan sebagai Museum dan Pembinaan Budaya dan Arena Seni Budaya Tradisional.

SHARE THIS

Author: