Cerita tragis Tenaga Kerja Indonesia (TKI) hidup dalam tekanan ISIS selama 2 tahun

Menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di negeri yang penuh dengan konflik bukanlah perkara mudah. Hal ini cukup dirasakan oleh seorang TKI asal Sumbawa (NTB) yang bernama Sri Rahayu yang berangkat ke Suriah pada tahun 2011.

Melalui salah satu agen penyalur TKI, Sri lalu diperkerjakan sebagai asisten rumah tangga selama 2,5 tahun di kota Aleppo. Usai 2,5 tahun berlalu, Sri bukannya dipulangkan, tetapi dia malah ditugaskan kembali oleh agen bernama Sana ke majikan baru bernama Abdul Azim al-Ujaeli di Kota Raqqa.


Pada akhir 2013 pasukan kelompok pemberontak Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) memasuki Raqqa dan mengklaim kota tersebut sebagai “Ibu Kota ISIS”.

Artikel lain :
Fakta pemamfaatan kopi sebagai sumber energi yang ramah lingkungan 
Sebelum memilih pacaran dengan seorang perawat, kamu harus tahu hal ini dulu  
Jika pernah kuliah, inilah ciri-ciri mahasiswa semester akhir  

Selama di kota Raqqa, Sri Rahayu menyaksikan langsung bagaimana ISIS memasuki kota tersebut dan mendengar orang-orang berlarian sambil berteriak ketakutan. Usai berhasil memasuki Kota Raqqa, ISIS dengan cepat merebut gudang senjata milik Batalyon 17 tentara Suriah. Itulah awal mula ISIS menguasai kota tersebut dan bendera-bendera hitam khas ISIS menjadi pemandangan yang lazim di kota Raqqa.

Selama hidup dalam cengkraman ISIS, Sri Rahayu selalu mengenakan pakaian hitam dengan cadar yang menutup rapat wajahnya. Bahkan dia selalu mengenakannya ketika keluar rumah atau sekadar membersihkan halaman agar tidak diketahui berasal dari Indonesia.

Upaya penyelamatan TKI pun segala upaya dilakukan pemerintah. Setelah mendapatkan informasi tentang keberadaan Sri Rahayu pada Juni 2015, KBRI Damaskus langsung mencari cara agar bisa mengevakuasi perempuan itu dari Raqqa.

Setelah menyusun rencana bersama, Sri dievakuasi melalui perjalanan darat dari gunung ke gunung secara sembunyi-sembunyi selama enam hari. Untuk mengelabui pasukan ISIS, Sri Rahayu dan pegawai agen Sana mengaku sebagai suami istri, lalu Sri Rahayu berhasil dibawa ke Kantor Konsulat RI cabang Aleppo pada Januari 2016.

Tentunya bukan hal yang mudah baginya untuk bertahan hidup di Suriah yang dijaga ketat oleh kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Setelah berjuang, akhirnya dia bisa pulang kembali ke tanah air dalam kondisi sehat.

Keberhasilan Tim Konsuler KBRI Damaskus dalam menyelamatkan Sri Rahayu ini tentunya patut diapresiasi. Sejak konflik meletus di Suriah pada 2011, KBRI Damaskus telah berhasil memulangkan sebanyak 13 ribu orang WNI dari Suriah ke Indonesia. Sebuah upaya yang tentunya beresiko dan tidak semudah membalikan telapak tangan untuk dilakukan.


SHARE THIS

Author: