Salah
satu mukjizat Nabi Muhammad SAW adalah diperjalankannya beliau oleh Allah SWT
melalui peristiwa Isra’ Mi’raj. Banyak yang coba mengungkapkan peristiwa
tersebut secara ilmiah, salah satunya melalui Teori Fisika paling mutahir, yang
dikemukakan oleh Dr. Stephen Hawking.
Prof. DR.
Stephen William Hawking, CH, CBE, FRS merupakan seorang ilmuan fisika teoritis
yang lahir di Oxford ,
Britania Raya, 8 Januari 1942. Hawking dikenal akan sumbangannya di bidang
fisika kuantum, terutama sekali karena teori-teorinya mengenai tiori kosmologi,
gravitasi kuantum, lubang hitam, dan tulisan-tulisan topnya di mana ia
membicarakan teori-teori dan kosmologinya secara umum.
Artikel lain :
Inilah mantan Tenaga Kerja Indonesia yang kini menjadi penasihat Presiden Amerika Serikat
Subhanallah, pria ini tetap mampu menjadi Hafiz Quran meski usianya mencapai 70 tahun
Jauh sebelum Charles Darwin, inilah sosok Ilmuan Muslim yang menulis teori Evolusi
Artikel lain :
Inilah mantan Tenaga Kerja Indonesia yang kini menjadi penasihat Presiden Amerika Serikat
Subhanallah, pria ini tetap mampu menjadi Hafiz Quran meski usianya mencapai 70 tahun
Jauh sebelum Charles Darwin, inilah sosok Ilmuan Muslim yang menulis teori Evolusi
Berdasarkan teori Roger Penrose bahwa : “Bintang
yang telah kehabisan bahan bakarnya akan runtuh akibat gravitasinya sendiri dan
menjadi sebuah titik kecil dengan rapatan dan kelengkungan ruang waktu yang tak
terhingga, sehingga menjadi sebuah singularitas di pusat lubang hitam (black
hole).“
Menurut
Hawking bila kita tidak bisa menggunakan teori relativitas pada awal penciptaan
“jagat raya”, padahal tahap-tahap pengembangan jagat raya dimulai dari situ,
maka teori relativitas itu juga tidak bisa dipakai pada semua tahapnya.
Di
sini kita harus menggunakan mekanika kuantum. Penggunaan mekanika kuantum pada
alam semesta akan menghasilkan alam semesta “tanpa pangkal ujung” karena adanya
waktu maya dan ruang kuantum.
Pada
kondisi waktu nyata (waktu manusia) waktu hanya bisa berjalan maju dengan laju
tetap, menuju nanti, besok, seminggu, sebulan, setahun lagi dan seterusnya, tidak
bisa melompat ke masa lalu atau masa depan.
Menurut
Hawking, pada kondisi waktu maya (waktu Tuhan) melalui “lubang cacing” kita
bisa pergi ke waktu manapun dalam riwayat bumi, bisa pergi ke masa lalu dan ke masa
depan.
Hal
ini bermakna, masa depan dan kiamat (dalam waktu maya) menurut Hawking “telah
ada dan sudah selesai” sejak diciptakannya alam semesta. Selain itu melalui
“lubang cacing” kita bisa pergi ke manapun di seluruh alam semesta dengan
seketika. Jadi dalam pandangan Hawking takdir itu tidak bisa diubah,
sudah jadi sejak diciptakannya.
Menurut
Dr. H.M. Nasim Fauzi, sesuai dengan teori Stephen Hawking, manusia dengan waktu
nyatanya tidak bisa menjangkau masa depan (dan masa silam). Tetapi bila manusia dengan
kekuasaan Allah, bisa memasuki waktu maya (waktu Allah) maka manusia melalui
“lubang cacing” bisa pergi ke masa depan yaitu masa kiamat dan sesudahnya, bisa
melihat masa kebangkitan, neraka dan shiroth serta bisa melihat surga kemudian
kembali ke masa kini, seperti yang terjadi pada Nabi Muhammad SAW, sewaktu
menjalani Isra’ dan Mi’raj.
Sebagaimana
firman Allah :
Dan
Sesungguhnya Muhammad Telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada
waktu yang lain, (yaitu) di Sidrotil Muntaha. Di dekatnya ada syurga tempat
tinggal (QS. An Najm / 53:13-15)
Nampaknya
dalam mengungkap Perjalanan Isra, Teori Hawking dengan “Lubang Cacing”-nya,
sama logisnya dengan Teori Menerobos Garis Tengah Jagat Raya namun meskipun
begitu, teori Hawking, tidak semuanya bisa kita terima dengan mentah-mentah.
Seandainya
benar, Rasulullah diperjalankan Allah melalui “lubang cacing” semesta, seperti
yang diutarakan oleh Dr. H.M. Nasim Fauzi, harus diingat bahwa perjalanan
tersebut adalah perjalanan lintas alam, yakni menuju ke tempat yang kelak
dipersiapkan bagi umat manusia, di masa mendatang (surga). Rasulullah
dari masa ketika itu (saat pergi), berangkat menuju surga, dan pada akhirnya
kembali ke masa ketika itu (saat pulang).
Teladan dari peristiwa Isra’ Mi’raj dapat
disimpulkan :
- Manusia dengan kekuasaan Allah, dapat melakukan perjalanan lintas alam, untuk kemudian kembali kepada waktu normal.
- Manusia yang melakukan perjalanan ke masa depan, namun masih pada ruang dimensi alam yang sama, tidak akan kembali kepada masa silam (mungkin sebagaimana terjadi pada Para Pemuda Kahfi).
- Manusia sekarang, ada kemungkinan dikunjungi makhluk masa silam, tetapi mustahil bisa dikunjungi oleh makhluk masa depan. Hal ini semakin mempertegas, semua kejadian di masa depan, hanya dipengaruhi oleh kejadian di masa sebelumnya.
WaLLahu
a’lamu bisshawab…