Gara-gara Pancasila, sosok Presiden Soekarno pernah menitihkan air matanya dalam sejarah

Presiden Soekarno adalah sosok yang dikenal sebagai pribadi yang tegas, keras dan sangat berwibawa. Namun di balik sosoknya yang seperti itu, Bapak Bangsa ini juga kerap menunjukkan sisi emosionalnya yang lain yakni menangis. Sebagai orang besar, Soekarno menangis bukan karena hal-hal sepele tapi karena kejadian yang benar-benar mengusik batinnya.

Kekalahan Jepang membuat rakyat gegap gempita termasuk Soekarno yang sudah menantikan kemerdekaan bangsa ini sejak lama. Akhirnya Jepang pun benar-benar memberikan kemerdekaan kepada Indonesia sebagai hadiah. Meskipun bahagia karena negara ini akan segera lahir, namun sejumlah problem sudah menanti di depan mata. Terutama tentang ideologi yang akan dianut negara baru ini nantinya.

Artikel lainnya :

Sehari sebelum sidang BPUPKI, Soekarno bingung tak karuan. Pasalnya, banyak kelompok-kelompok yang mendatanginya dan menyarankan bentuk-bentuk ideologi yang akan dipakainya. Ada yang ingin menjadikan Indonesia sebagai negara Islam, ada pula yang menginginkan negara ini jadi nasionalis hingga federal.

Penat dengan semua itu, akhirnya Soekarno pun pulang ke rumahnya yang ada di Flores. Di bawah pohon di depan rumahnya, Putra Sang Fajar pun kembali merenung tentang ideologi tersebut. Akhirnya tercetuslah Pancasila yang butir-butirnya mencakup semua kepentingan kelompok.

Mantap dengan Pancasila, Soekarno bergetar jelang sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945. Semalaman ia tidak bisa tidur sambil terus menangis. Dalam ratapannya tersebut ia pun berdoa, “Aku menangis karena besok aku akan menghadapi saat bersejarah dalam Hidupku. Dan aku memerlukan bantuanMU.” Keesokan harinya pukul 9 pagi, sidang pun dibuka dan Soekarno menyampaikan butir-butir Pancasila yang akan jadi ideologi dasar negara ini.


SHARE THIS

Author: