Rasulullah SAW bersabda, “Apabila
anak Adam telah meninggal dunia (mati) maka terputuslah seluruh amalnya,
kecuali tiga perkara, yaitu shadaqah jariyah (yang ia berikan) atau ilmu yang
ia manfaatkan kebaikan) atau anak shalih yang mendoakan dirinya.” (HR Muslim)
Artinya anak itu adalah investasi. Anak-anak keturunan kita itu adalah bagian
dari keselamatan dunia akhirat kita. Karenanya kita harus serius menanamkan
keshalihan pada anak-anak kita.
Artikel lainnya :
Fakta unit, ternyata beginilah cara mengetahui sifat-sifat wanita berdasarkan gaya berjalan
Bagi yang punya pacar, kamu harus tahu beberapa hal yang berbahaya jika dibagi kepada kekasih
Dijamin 99%, inilah ciri-ciri wanita yang mampu membuat para lelaki tergila-gila
Bagi yang punya pacar, kamu harus tahu beberapa hal yang berbahaya jika dibagi kepada kekasih
Dijamin 99%, inilah ciri-ciri wanita yang mampu membuat para lelaki tergila-gila
Kalau kita ingin menikmati masa
depan kita, maka berapapun pengeluaran yang dikeluarkan untuk mendidik anak
agar menjadi shalih, untuk belajar, sekolah dan lainnya, itu bukan biaya,
melainkan investasi (modal) yang akan mendatangkan keuntungan suatu saat kelak.
Saya pernah bertanya pada seseorang
yang menyekolahkan anaknya ke luar negeri. Ia menjawab, “Karena sebentar lagi
perdagangan bebas, kita perlu mempunyai anak-anak yang memiliki visi ke depan
untuk mengarungi era globalisasi.”
Kemudian saya bertanya lagi,
“Bagaimana kondisi ibadahnya di sana?”
“Nanti saja kalau dia kembali ke
Indonesia akan diperbaiki lagi.”
“Bagaimana kalau sebelum lulus
kuliah sudah diambil nyawanya oleh Allah? Apakah dia siap untuk pulang ke
akhirat?”
Belum tentu anak kita panjang umur.
Berapa banyak anak yang mendahului orang tuanya pulang ke akhirat. Mereka
jangan hanya dipersiapkan agar bisa hidup kaya di dunia saja, tetapi juga harus
dipersiapkan agar bisa pulang dengan selamat, hidup mulia di akhirat.
Dari Umar bin Khattab ketika
ditanya (semoga Allah ridha kepadanya), “Ya Umar, apakah sama pahalanya jika
saya mengurus orang tua seperti orang tua mengurus saya di waktu kecil?”
“Tidak.”
“Mengapa tidak?”
“Karena orang tua mengurus kamu
supaya kamu panjang umur.” Setelah kita meninggal, mudah-mudahan anak-anak kita
yang mengurus, menyalatkan dan mengiringi jasad kita. Setelah kita dikubur,
mudah- mudahan mereka sering mendoakan kita dalam munajat-munajatnya.
Kasihan orang tua yang anaknya
tidak tahu agama, sehingga tidak mengerti bagaimana mengurus jasad ibu
bapaknya, tidak tahu shalat jenazah, dan setelah dikubur tidak mengerti
bagaimana mendoakan orang tuanya.
Warisan dipakai maksiat, vila
dipakai zina, sehingga hancur dan perih orang tuanya. Tidak sedikit orang yang
hidupnya terlunta-lunta di dunia karena anaknya, di akhirat tersiksa pula.
Jangan sampai orang tua belum
meninggal, anak-anak sudah menghitung warisannya. Bahkan ada anak yang mengurus
orang tuanya yang sudah jompo, tetapi dalam benaknya, “Kenapa lama sekali
sakitnya?” karena dia membutuhkan warisannya. Ini anak yang tidak shalih.
Naudzubillahi min dzalik.
Oleh karena itu, mengurus anak itu
jangan pernah hanya dengan sisa waktu, tenaga, dan pikira. Bayangkan jika
membangun investasi dengan sesuatu yang serba sisa. Berembuklah dengan istri
bagaimana mengupayakan agar anak-anak kita menjadi hamba Allah yang bermanfaat
di dunia dan akhirat.
Para pemimpin sekarang adalah anak
hasil investasi keluarga-keluarga beberapa puluh tahun yang lalu, sedangkan
anak-anak sekarang merupakan investasi untuk para pemimpin masa depan.
Karenanya jika kita merindukan kebangkitan bangsa ini, maka harus diawali
dengan kebangkitan dari keluarga-keluarga di rumah.
Jika sang anak menjadi pemimpin,
tentu tata nilai yang ditanamkan dalam keluarganya yang akan digunakannya
kelak. Jika pada masa kecilnya tata nilai yang didapatkan di rumahnya hanya
sibuk memamerkan harta kekayaan, maka jangan heran kalau setelah menjadi
pemimpin dia hanya sibuk meraup harta.
Sekarang investasi apa yang akan
ditanamkan terhadap anak-anak kita di rumah? Kita perlu mengubah tata nilai
seperti itu dengan melatih anak-anak kita agar hidup bersahaja, mencari uang
sebanyak mungkin untuk dishadaqahkan. Sehingga setelah dewasa, dia makin kaya,
makin banyak orang yang tertolong. Dia makin berkuasa, makin banyak orang yang
terangkat martabatnya. Dia makin berani, makin banyak orang yang terlindungi
karena keberaniannya.
Oleh : KH. Abdullah Gimnastiar