Jarang diketahui, ternyata inilah pesona wisata dan budaya yang hanya ada di Kabupaten Bantaeng


Kabupaten Bantaeng merupakan salah satu khawasan yang berada di Sulawesi Selatan yang memiliki wilayah pantai dan pegunungan. Bantaeng sendiri berbatasan dengan tiga Kabupaten, yaitu Bulukumba, Sinjai dan Jeneponto atau masih sekitar 200 kilometer dari arah ibukota Makassar.

Menurut sajarah, Kabupaten Bantaeng merupakan wilayah pertama mendarat pasukan Belanda sebelum menyerang Kerajaan Gowa pada tahun 1667. Namun semangat patriotiseme rakyat Bantaeng sebagai bagian Kerajaan Gowa, sehingga rakyat Bantaeng mengadakan perlawanan besar-besaran terhadap pasukan Belanda. Akhirnya rencana pasukan Belanda menyerang Kerjaan Gowa gagal oleh serangan rakyat Bantaeng.
Masyarakat Bantaeng merupakan masyarakat yang menjujung tinggi nilai-nilai budaya dan kearifan lokal, seperti :

Pesta Adat Pajukukang

Pesta adat Pajukukang atau Gantarankeke sudah dikenal sejak abad ke-14, yaitu sebuah pesta adat yang dilaksanakan setiap tanggal 10 Sya’ban tahun Hijriah. Pada perayaan pesta adat Pajukukang itu, kaum bangsawan, perangkat adat, dan rakyat biasa, semuanya bekumpul melakukan pertemuan untuk saling bersilaturrahmi dan bersukaria di antara mereka. 


Pesta adat itu sendiri dirayakan selama 7 hari 7 malam. Acara pembukaan dilakukan di ibukota Kerajaan Gantarangkeke. Di sini ada prosesi ritual yang dikenal dengan nama Kawaru. Artinya, memuliakan atau menghormati.

Mereka melakukan penghormatan kepada arwah nenek moyang di Balla Lompoa Gantarangkeke. Setelah itu, dilanjutkan dengan adu ketangkasan dan tari-tarian. Acara berakhir setelah para penduduk di sana saling mengunjungi dan para tamu dijamu dengan makanan khas yang disebut Kaloli.

Budaya tari Paolle’


Tari Paolle merupakan tarian khas adat di Kabupaten Bantaeng yang biasa diperagakan pada upacara pelantikan raja dan upacara adat lainnya misalnya upacara appainung karaeng, pesta perkawinan, khitanan, dan acara syukuran.

Tari Paolle dibawakan oleh perempuan yang jumlah penarinya 6 sampai 12 orang. Posisi kaki bagi penari umumnya terbuka dan gerakan tubuh yang perlahan ammellu memegang peranan dominan. Jari tangan kiri memegang selendang, dengan sentuhan jari telunjuk. Sedang jari tangan kanan memegang kipas yang tertutup dan terbuka.

Kostum yang dipakai penari yaitu baju bodo warna merah, sarung, kipas, dan selendang, serta hiasan selengkapnya. Sedangkan instrumen yang digunakan adalah sepasang gendang dan 1 buah gong, sedangkan penyanyi biasanya sebanyak 2 atau 3 orang.



SHARE THIS

Author: