Belajar kekeluargaan dan gotong royong dari budaya kearifan lokal masyarakat suku Duri Enrekang


Suku Duri adalah salah satu suku bangsa di Sulawesi Selatan yang mendiami Kabupaten Enrekang, tepatnya di kecamatan Baraka, Alla dan Anggeraja. Kabupaten Enrekang sendiri merupakan wilayah pegunungan yang sejuk dan berada di tengah-tengah daratan Sulawesi selatan dan berbatasan dengan Tanah Toraja.

Sebagian besar dari masyarakat Duri tinggal di pedesaan, namun ada juga beberapa diantaranya merantau dan telah menyebar dibeberapa daerah di Indonesia dan bahkan sampai ke Malaysia.

Artikel lainnya :
Tidak hanya Sianida, inilah 5 jenis racun yang paling mematikan didunia
Tertinggi di Sulawesi Selatan, inilah alasan mengapa Puncak Latimojong menjadi gunung dengan medan tersulit di Indonesia
Terkenal telah menelan banyak korban, inilah fakta ilmiah tentang misteri perairan Segitiga Bermuda yang ganas

Suku Enrekang dan suku Maroangin (Marowangin) merupakan koalisi dari suku Duri yang tergabung dalam satu kesatuan yang disebut sebagai suku Massenrempulu. Meskipun secara ras dan bahasa suku Duri cenderung dekat dengan suku Toraja. Bahasa Duri mirip dengan bahasa Toraja, oleh karena itu suku Duri sering dianggap sebagai bagian dari suku Toraja. Meskipun memiliki kekerabatan dekat dengan Toraja, suku Duri banyak terpengaruh adat istiadat suku Bugis. Sehingga kadang-kadang juga orang Duri juga dianggap sebagai sub-suku dari suku Bugis.

Mata pencaharian sebagian besar suku Duri adalah bertani, berkebun, berternak dan membuat barang kerajinan. Hasil pertanian mereka cukup beragam seperti padi, jagung, ubi, cabai, tetapi yang terutama adalah bawang merah. Suku Duri juga membuat keju secara tradisional yang disebut dangke, yaitu makanan yang diolah dari susu sapi dan kerbau ditambah sari buah atau daun pepaya.


Kekeluargaan dan gotong royong yang tinggi menjadi keseharian sifat orang Duri. Dahulu, mereka mengenal adanya status sosial dari kaum bangsawan, rakyat biasa dan budak. Hari ini, segala bentuk kasta sosial itu sudah mereka hapuskan. Status sosial yang dianut oleh mereka kini berdasarkan pendidikan dan kekayaan yang dimiliki. Kebangsawanan sudah tidak berlaku lagi untuk mereka.


Sebagian besar orang Duri memeluk agama Islam. Hanya sedikit yang masih mempertahankan kepercayaan animisme, yang disebut Alu'Tojolo. Di Baraka, pengikut animisme mengadakan pertemuan secara teratur 1-2 kali dalam sebulan. Alu’ Tojolo merupakan Agama kepercayaan tradisional yang mirip dengan agama kepercayaan tradisional suku Toraja. Orang Duri masih memegang erat adat, tetap mempertahankan kerukunan, dan setia terhadap ajaran nenek moyang.



SHARE THIS

Author: