Dalam sejarah Islam, sosok Bilal
bin Rabah merupakan muadzin atau orang yang mengumandangkan adzan pertama di
dunia ini yang suaranya lantang terdengar ketika waktu-waktu shalat datang.
Bilal bin Rabah adalah salah satu sahabat terbaik Rasulullah Muhammad SAW yang
setia dan termasuk golongan pertama yang masuk Islam. Dia adalah seorang laki-laki kulit
hitam yang pernah mengalami kejamnya perbudakan lalu mendapatkan kebebasan
serta kedudukan yang tinggi dengan datangnya Islam.
Bilal bin Rabah merupakan putra dari
Rabah dan memiliki seorang ibu yang bernama Humamah. Bilal merupakan seorang
laki-laki Habasyah yang memiliki perawakan tubuh yang kurus tinggi serta
sedikit membungkuk, warna kulit hitam legam dan rambut lebat, dan Bilal
bukanlah dari kalangan bangsawan.
Artikel lainnya :
Persentuhan Bilal dengan Islam
dimulai ketika dirinya masih menjadi budak Umayyah bin Khalaf. Perbincangan
sang majikan dengan salah satu tamunya mengenai kehadiran sebuah agama baru
yang dibawa Rasulullah secara tidak sengaja terdengar olehnya.
Meski pada saat itu Bilal belum
mengenal betul sosok Rasulullah secara pribadi, namum memang dirinya telah
sering mendengar sosok Rasulullah diperbincangkan. Rasulullah sangat dihormati
oleh bangsa Quraisy karena bersahaja dan juga sangat jujur. Seketika itulah
Bilal tertarik kepada Islam beserta ajaran yang dibawa Rasulullah. Karena
ketertarikannya untuk mempelajari Islam sangat mendalam, maka Bilal pun menemui
Abu Bakar yang kala itu sudah terlebih dahulu masuk Islam. Bilal meminta kepada
Abu Bakar untuk mengantarnya menemui Rasulullah dan tidak berapa lama setelah
itu, dan Bilal pun masuk Islam.
Namun tak lama berselang setelah
Bilal bersyahadat, keimanan Bilal langsung mendapatkan ujian yang sangat berat.
Jika Abu Bakar serta bangsawan Quraisy lainnya aman dari perlakuan kejam sesama
bangsa Quraisy yang membenci Islam, lain halnya dengan Bilal. Sebagai salah
satu budak dari anggota suku Quraisy terkejam, Bilal sempat mendapatkan paksaan
untuk keluar dari Islam dan kembali ke agama nenek moyangnya yakni menyembah
berhala.
Sang majikan, Umayyah terus memaksa
Bilal untuk keluar dari Islam dengan berbagai cara. Pernah pada siang yang
terik, Bilal dipaksa untuk memakai baju besi kemudian dikubur didalam pasir
yang sangat panas seluruh tubuhnya hingga yang tampk hanya bagian kepala saja.
Selain itu Bilal juga sering dipaksa Umayyah untuk berbaring terlentang diatas
pasir yang sangat panas, kemudian tubuhnya ditindih dengan batu yang amat besar
dan berat. Pernah juga Bilal diikat lehernya dan kemudian diseret ke kota
Mekkah. Namun apapun siksaaan yang diterimanya Bilal tetap bertahan seraya
mengucapkan “Ahad..ahad”.
Sampai suatu saat ketika Bilal
sedang mengalami penyiksaan, melintaslah Abu Bakar dan karena merasa kasihan
dengan Bilal, Abu Bakar pun meminta Umayyah menjual Bilal kepadanya. Meskipun
Umayyah kala itu mematok harga yang sangat tinggi, namun Abu Bakar tetap
membayarnya. Setelah lepas dari Umayyah, Bilal kemudian bekerja pada Abu Bakar.
Namun tidak berapa lama kemudian Bilal memutuskan untuk berhenti bekerja pada
Abu Bakar dan memilih membantu Rasulullah menyebarkan ajaran Islam. Tidak hanya
membantu Rasulullah, namun Bilal juga menjadi pengawal Rasulullah yang setia
dan selalu siap membelanya dalam berbagai kondisi. Sampai ketika Rasulullah
hijrah ke Madinah, Bilal pun turut serta mendampingi Rasulullah.
Ketika berada di Madinah, pada
awalnya untuk mengetahui jam shalat, umat Islam menjalankannya dengan cara
menentukan waktu dan berkumpul untuk shalat. Namun karena
dirasa agak menyulitkan, akhirnya Rasulullah
mencari alternatif lain, yakni dengan menggunakan terompet. Akan tetapi karena
penggunaan terompet ini sama dengan orang Yahudi, maka Rasulullah pun
mengurungkan niatnya menggunakan terompet. Lalu akhirnya disepakati menggunakan
tepukan tangan ketika memasuki waktu shalat.
Tidak berapa lama kemudian, salah
seorang sahabat nabi, Abdullah bin Zaid datang menemui Rasulullah dan berkata
bahwa dirinya bermimpi bertemu dengan seorang pria yang menggunakan dua helai
kain berwarna hijau seraya membawa bel. Masih dalam mimpi itu, Abdullah
menawarkan diri untuk membeli bel tersebut dan ia katakan untuk memanggil
orang-orang shalat. Namun pria tersebut menawarkan panggilan shalat yang dikatakannya
jauh lebih baik, yakni dengan menyebut 4 kali seruan “Allahu Akbar”, 2 kali
seruan “Asyhadualla ilaaha illallah”, 2 kali seruan "Asyhadu
Annamuhammadarrasulullah", 2 kali seruan "Hayya 'alas sholah", 2
kali seruan "Hayya 'alal falah" lalu "Allahu Akbar, Allahu
Akbar, laa ilaaha illallah".
Setelah menceritakan keseluruhan
mimpinya ini, dengan gembira Rasulullah menyatakan bahwa itu adalah sebuah
penglihatan baik. Lantas Rasulullah SAW segera meminta Abdullah pergi menemui
Bilal serta mengajarkan Bilal adzan tersebut padanya. Bilal sendiri dipilih
sebagai muadzin karena memang memiliki suara yang indah dan juga keras,
sehingga dapat menjangkau jarak yang cukup jauh. Sejak saat itulah adzan untuk
pertama kalinya dikumandangkan di Madinah dan Bilal pun menjadi muadzin pertama
yang mengumandangkan adzan.
Sejak saat itulah pertama kali
adzan diperdengarkan di kota Madinah dan Bilal menjadi muadzinnya. Bilal sangat
menikmati perannya sebagai muadzin Rasul sampai kemudian Rasulullah SAW
meninggal dunia. Meski semua umat larut dalam kesedihan, namun mereka tidak
melupakan kewajiban untuk shalat dan meminta Bilal untuk kembali
mengumandangkan adzan untuk pertama kalinya setelah kematian Rasulullah. Namun
disaat Bilal baru saja mengucap “Allahu Akbar..” untuk kemudian mengucap nama
Rasulullah, ia tidak kuasa menahan tangis dan kesedihannya, dengan terisak-isak
Bilal meneruskan adzannya. Lalu dirinya berkata bahwa ia tidak akan pernah lagi
mengumandangkan adzan.
Lantas bilal meminta Abu Bakar yang
saat itu menjadi khalifah untuk membiarkannya pergi ke Suriah. Sampai pada
akhirnya Bilal menetap di kota Damaskus sampai akhir hayatnya. Bilal meninggal
dunia di Damaskus pada 20 H dan jasadnya dimakamkan disana. Setelah wafatnya
Rasulullah SAW, Bilal hanya melantunkan adzan dua kali, yakni pertama ketika
Umar bin Khattab datang ke Damaskus dan kedua kalinya adalah disaat ia
mengunjungi makan Rasulullah di Madinah.