Jangan heran melihat Kota Jepang yang rapi dan bersih, inilah cara masyarakat mengelola sampah di Jepang

Teknik pengelolaan sampah (gomi bahasa Jepang) masyarakat Jepang sudah tidak diragukan lagi. Kesadaran untuk mengolah dan mengatur urusan sampah sudah menjadi slogan chonaikai, sebagai bagian dari kepedulian lingkungan. Maka, hasilnya kita bisa saksikan seluruh sudut-sudut Jepang senantiasa bersih, walaupun juga tempat sampah bukanlah pajangan seluruh kota.

Artikel lain :
Inilah perbedaan potongan antara koruptor di Arab dan di Indonesia  
Hanya di Indonesia, yang menghina Pancasila menjadi Duta Pancasila  
Hitung-hitung uang hasil korupsi, inilah kerugian besar akibat dari koruptor  
Gerakan chonaikai menjadi kunci keberhasilan penangan sampah. Sosialisasi dan dialog dengan warga sekaligus mengedukasi mereka bagaimana menjalankan proses daur ulang. Ini juga terintegrasi dengan budaya Jepang yang selalu mengedepankan budaya malu.
Soal sampah diawali bukan dari kebijakan pemerintah. Tetapi sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari warga, yang akhirnya dibuatkan aturan perundang-undangan. Ada aturan baku yang melekat dalam urusan sampah ini. Pertama, setiap sampah yang dibuang harus dikemas dengan rapi. Ini untuk menghindari bau. Kedua, mengikuti jadwal yang disepakati dalam lingkungan masing-masing.
Dalam seminggu terbagi atas tiga hari jadwal pembuangan sampah. Selasa, Kamis, dan Sabtu. Selasa digunakan khusus untuk membuang kertas. Sementara Kamis untuk membuang botol dan kaleng plastik. Sementara Sabtu khas digunakan membuang perlengkapan rumah tangga. Hari Ahad tidak ada pembuangan sampah, sehingga warga menikmati hari dimana tidak ada sampah di sekeliling mereka.
Untuk proses sosialisasi, secara berkala paguyuban rukun tetangga akan mengirimkan brosur pemberitahuan jadwal pembuangan sampah. Termasuk memberitahu penduduk baru jadwal tersebut. Begitu pula dengan tata cara buang sampah yang harus dibungkus dengan plastik transparan. Bukan dengan kantung plastik gelap.
Budaya malu menjadi bagi penting dalam urusan sampah ini. Seorang penghuni rumah yang mengabaikan aturan sampah akan ditegur oleh tetangga. Mereka secara sadar akan mengajari tetangga yang kerap melanggar aturan sampah.
Termasuk kesadaran untuk bersama-sama mengelola urusan sampah. Jikalau membuang barang dengan volume besar, maka harus menelpon dinas terkait dan membayar jumlah tertentu yang ditandai dengan stiker. Sehingga petugas sampah akan mengangkut sampah tersebut yang sudah ada label, tanpa itu maka sampah dibiarkan teronggok.
Akhirnya, urusan sampah tidak hanya urusan pemerintah semata. Tetapi lebih besar pada urusan masyarakat. Dengan demikian, tidaklah tepat hanya menumpukan urusan sampah pada pemerintah, tanpa melibatkan sama sekali masyarakat untuk terlibat dalam pengelolaannya.

SHARE THIS

Author: