Okkots adalah salah satu istilah gaul dalam bahasa Makassar. Berasal dari kata OKKO (bahasa Makassar) yang berarti ”injak garis” yang sering dipakai dalam permainan dende-dende (permainan engklek bahasa Jawanya). Kata ”okko” kemudian ditambahkan huruf T dan S, biar kelihatan lebih keren menjadi OKKOTS.
Artikel lainnya :
Gara-gara meneliti Jazad Mumi Raja Firaun, Prof Bucaille resmi memeluk agama Islam
Orang dewasa banyak yang kalah, inilah sosok bocah 10 tahun yang telah mendaki lima gunung tertinggi di Indonesia
Menjadi orang terkaya nomor satu dunia, inilah penampakan rumah Bill Gates yang super mewah dan berteknologi tinggi
Okkots sendiri berarti salah ucap atau salah bahasa yang
maknanya salah pengucapan dalam bahasa Indonesia karena tidak sesuai dengan
ejaan yang disempurnakan dan tidak tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI). Pemakaian kata ‘Okkots’ sebenarnya merupakan penyimpangan
berbahasa, baik dalam berkomunikasi maupun dalam tulisan.
Okkots bisa berarti menambahkan, mengurangi atau mengubah
konsonan di ujung sebuah kata. Bentuk okkots yang paling sering ditemui dalam
kehidupan sehari-hari adalah Okkots “N” & “NG”. Jadi, kata yang berakhir
huruf “N” bissa menjadi “NG” begitu pula sebaliknya, kata yang berakhir huruf
“NG” menjadi berakhir “N”.
Lidah orang Makassar terkadang keseleo penyebabnya karena kelebihan
“vitamin” G dengan menambahkan huruf “G” pada kata yang akhirannya “N”.
Terkadang juga karena kekurangan “vitamin” G yaitu mengurangi huruf “G” pada
kata yang akhirannya “NG”.
· Ayo pergi nontonG konser na Agnes Monica
· Jangan makanG terlalu banyak
· Mari kita salin menghormati satu sama lainG
· Memannya kenapa?
· Jangan makanG terlalu banyak
· Mari kita salin menghormati satu sama lainG
· Memannya kenapa?
Asal usul kata-kata Okkots
Dalam
bahasa Bugis Makassar sehari-hari, kita tidak mengenal adanya akhiran N di
ujung sebuah kata, umumnya kata dalam Bahasa Bugis Makassar diakhiri dengan NG.
Contohnya: tudang (duduk), masserring
(menyapu), dangkang (menjual), mappabbiring (beres-beres rumah) dan lain lain.
Ketika Bahasa Indonesia mulai diperkenalkan, lidah orang Bugis Makassar yang
terbiasa dengan NG, mencoba menyesuaikannya, namun alih-alih mampu menyesuaikan
diri, yang terjadi malah kekacauan berupa kebingungan mengucapkan ujung setiap
kata yang berakhiran N & NG. Kira-kira begitulah asal muasal terjadinya
OKKOTS.
Sebab
orang Makassar biasanya hanya tertawa atau malu-malu sendiri kalo diledekin
okkots sama teman-temannya, tapi ini memang realita yang terjadi dalam
Masyarakat Sulawesi Selatan pada umumnya.
Okkots ini bukan berarti anak Sulsel
tidak sekolah atau tidak tamat SD, banyak juga sarjana, politikus dan wartawan
di Makassar yang masih okkots. Tidak hanya dalam pengucapan, tapi seringkali
terjadi okkots dalam penulisan.
Kenapa fenomena okkots ini selalu jadi bahan tertawaan, terutama jika
ada orang Makassar yang baru pulang dari jawa (Jakarta) langsung mencoba dialek
Jakarta (Logat) tetapi bahasanya campur aduk dan okkots.