Jauh sebelum Charles Darwin, inilah sosok Ilmuan Muslim yang menulis teori Evolusi


Ratusan tahun sebelum Charles Darwin terkenal lewat karyanyaThe Origin of Species, ternyata seorang ilmuwan yang hidup pada masa kejayaan peradaban Islam bernama Al Jahiz telah menuangkan gagasan evolusi dalam karya tulis setebal 350 halaman. Jadi bisa dikatakan bahwa Darwin bukan merupakan orang yang pertama menggagas tentang teori evolusi.

Artikel lain :
Inilah beberapa resiko jika Operasi Caesar bagi ibu melahirkan yang perlu diketahui  
Inilah proses pertumbuhan bayi dalam perut selama 9 bulan  
Inilah rahasia tubuh wanita Jepang yang selalu tampil ideal  

Al Jahiz merupakan seorang anak yang dilahirkan dari keluarga yang sederhana, di Basra, Irak, pada tahun 776. Keterbatasan tak memupus semangat Al Jahiz untuk belajar, sehingga ia tumbuh menjadi seorang humoris dan penuh rasa ingin tahu. Sebagai Muslim, dia gemar melewatkan waktu di Masjid Besar Basra, sekaigus dia belajar dari para ulama membahas beragam pertanyaan dan tak jarang berdebat.  

Haus akan ilmu pengetahuan, Al Jahiz berkelana ke berbagai daerah, seperti Damaskus, Beirut, Samara, dan Baghdad. Hingga akhirnya memutuskan untuk menetap dan belajar dan menjadi seorang menulis. Diperkirakan ia telah menulis 200 karya meski kini tersisa 30 saja.

Karya Al Jahiz yang paling berpengaruh adalah Kitab Al Hayawan (Kitab Hewan-hewan). Kitab itu ibarat sebuah ensiklopedia, memuat sekitar 350 spesies hewan yang terbagi dalam tujuh volume, serta dilengkapi dengan gambar-gambar dan penjelasan yang detail. 

Kitab ini merupakan buku pertama yang mengungkap berbagai aspek biologi dan zoologi hewan, seperti klasifikasi binatang, rantai makanan, seleksi alam, dan evolusi.

Al Hayawan memuat tiga hal penting dalam evolusi yang juga dituliskan oleh Charles Darwin dalam Thye Origin of Species. Menurut Al Jahiz, hewan-hewan berjuang untuk tetap bertahan hidup, bertransformasi menjadi spesies, dan mengatasi faktor-faktor lingkungan. Al Jahiz percaya bahwa satu spesies bisa mengalami transformasi secara jangka panjang sehingga memunculkan spesies baru.


"Orang berkata beragam tentang eksistensi hewan berkaki empat. Beberapa menerima perubahan dan melahirkan eksistensi anjing, serigala, rubah, dan kerabatnya. Keluarga itu berasal dari orang makhluk yang sama," demikian tertulis dalam Al Hayawan.

Menjelang akhir hidupnya, Al Jahiz menderita kelumpuhan total pada satu sisi tubuhnya (hemiplegia). Ia memutuskan pensiun dan kembali ke tempat kelahirannya, Basra. Pada bulan Desember 868 saat usianya 93 tahun, ia meninggal dunia. Diduga, ia meninggal dunia karena cedera akibat tertindih rak bukunya.

Al Jahiz memberi gambaran tentang kejayaan peradaban Islam pada abad ke-9 sampai abad ke-11. Saat itu, Baghdad dan sekitarnya menjadi jantung dunia. Masyarakat Muslim dikenal punya semangat belajar tinggi dan terbuka. Selain Al Jahiz, ilmuwan lain macam Ibn Sina juga berkontribusi besar.


SHARE THIS

Author: