Kau
mungkin saja melihat, atau sering melihat bahwa setiap orang di Facebook seakan
terlihat layaknya mereka sedang bersenang-senang, dengan waktu yang begitu
membahagiakan. Petualangan yang menakjubkan, kehidupan romansa yang memukau,
atau pekerjaan yang hebat. Hal ini terkadang membuatmu iri dan merasa hidupmu
penuh dengan kekurangan, tetapi mungkin saja
hal-hal tersebut hanyalah kebohongan belaka. Sebenarnya tidak banyak orang yang
begitu benar-benar bahagia sebagaimana yang ter-posting di wall-wall mereka.
Jadi,
ketika di lain hari kau merasa iri dikarenakan seorang teman Facebook-mu dengan
sombong namun dengan sedemikian cara agar terlihat sederhana mem-posting
tentang kehidupan mereka yang wahh, yang menakjubkan, ingat saja: mereka itu
mungkin saja melebih-lebihkannya, memolesnya hanya untuk media sosial, bahkan
jika mereka melakukan itu tanpa kesengajaan.
Tidak
dapat dipungkiri, Facebook (ataupun media sosial lainnya) adalah sebuah taman
bermain narsistik dimana hal yang terbaik, yang terlucu, yang tercantik, segala
aspek yang paling menakjubkan dalam hidup kita dipublikasikan dan dimana
hal-hal kotor, membosankan, yang pucat dalam keseharian kita hampir tidak
pernah dituliskan. Dan semua wall-wall itu diedit dalam berbagai level keahlian
berbeda dan hal itu membuatnya, berada dalam bentuk terbaiknya, sebuah gambaran
cermin yang cacat tentang hidup kita, atau dapat saja, keadaan terburuknya,
menjadi lebih sekedar sebuah film fiksi tentang bagaimana kita ingin dipandang
oleh orang-orang.
Mungkin
hal terbaik yang dapat dilakukan? Pergilah menjalani hidupmu sebagaimana
mestinya, fokus pada realitasmu sekarang ini, dan hiraukan, acuhkan pertunjukan
sirkus dari media sosial. Mungkin dengan ini, kau akan lebih banyak berbahagia.
Share
Catatan Ihzan Safrani