Penyebutan
nama “Bugis” berawal dari penyebutan To Ugi. To Ugi memiliki makna pengikut
Ugi. Ugi sendiri merupakan sebutan bagi Raja pertama yang menguasai Pammana
(Kabupaten Wajo untuk saat ini) yang bernama La Sattumpugi. La Sattumpugi
merupakan raja yang dikenal baik, ramah dan dekat dengan rakyat. Oleh sebab
itu, rakyat pengikutnya membangun identitas sosial sebagai pengikut setia Raja
dengan menamai diri sebagai To Ugi. Nama To Ugi ini kemudian menjadi dasar
sebutan bagi masyarakat Bugis.
Suku
Bugis tergolong sebagai suku Melayu Deutero. Golongan ini masuk ke Indonesia
setelah migrasi pertama yang berasal dari dataran Asia yang tepatnya dari
daerah Yunan. Raja La Sattumpugi yang menjadi cikal bakal terbentuknya Suku
Bugis teridentifikasi berasal dari Cina. Dalam catatan sejarah ditemukan bahwa
Raja La Sattumpugi memiliki putra yang bernama We Cudai.
We
Cudai merupakan suami dari Sawerigading yang merupakan anak dari Battara Lattu.
Battara Lattu sendiri masih bersaudara dengan Raja Ugi. Kisah Sawerigading
merupakan salah satu kisah legenda yang dikenal luas dalam tradisi masyarakat
Luwuk, Kaili, Gorontalo hingga Buton.